Pages

Senin, 11 April 2011

Mahakarya gue Coy..!

Gue lagi ada rencana buat mengisi kantong gue. Asal kalian tau, sebulan uang saku gue cuman 25.000! Apa cukup? Beberapa minggu yang lalu gue baca koran. Disitu ada seekor rubrik cerpen yang berhadiah 200.000 untuk setiap cerpen yang dimuat. Nyali gue tertantang. Setelah sehari semalam, lahirlah cerpen gue ini. Silahkan menikmati cerpen gueee... :)
 
Bagaimanapun Aku…


Hei, Ella... :) I have good news. My dad says if my family will move to your town.” Sms dari Ewan yang bikin aku senang (Sangat sangat sangat senang!!).
Ewan Downey, cowok bule asal skotlandia yang sedang aku taksir. Ah.. aku bener-bener kikuk kalo ngomong sama dia. Dia bener-bener cuuaakep. Apalagi senyumnya, bikin aku meleleh di tempat. Rambutnya yang coklat gelap, matanya coklat cerah… dan dia punya suara yang keren abiss, dia bener-bener duplikatnya Ewan McGregor.. He’s perfect boy! Aku kenal dia sekitar 3 bulan yang lalu, di Jakarta. Waktu itu aku lagi lomba main gitar dan aku jadi juara II. Setelah penerimaan piala, Ewan yang waktu itu nonton pergi ke Backstage dan dia mengajak untuk berkenalan.Sejak itu aku mulai kenal dekat dengannya. Dan sejak saat itu aku mulai suka dia. Dan sampai saat ini, aku sembunyikan perasaan itu.

***

Menunggu. Aku berharap dia punya perasaan yang sama sepertiku. Tapi ada batu besar mengganjal pikiranku. Mungkinkah seseorang seperti dia bisa pacaran sama cewek seperti aku? Pikiran itu selalu mengganggu. Apa yang harus aku lakukan? Kalo cuman menunggu, percuma. Tapi kalo milih bertindak, aku gak tau apa yang musti ditindakkan. Dan pada akhirnya aku memilih untuk menunggu, walau mungkin itu akan sia-sia.
Sudah seminggu Ewan tidak menghubungiku. Telpon enggak, sms enggak, e-mail enggak. Emang nih anak ngilang kemana sih? Ewan juga belum kasih tahu dia udah pindah kesini apa belum. Tapi, denger-denger dari temen aku, katanya di sekolah yang jaraknya cuman sekilo dari sekolahku ada anak pindahan yang keren abis. Setelah mendengar ciri-cirinya, aku yakin banget klo dia itu Ewan. Kenapa dia gak bilang kalo udah sampai? Bahkan denger-denger lagi, dia udah punya gebetan.
Cinta kini kau pergi
Sebelum dia mencintai aku.


***

Sebulan telah berlalu. Aku (tetap) gak bisa ngelupain Ewan. Ahh.. kenapa aku tetap ngelamunin dia?
“Ayo ikut gue ke Cibubur. Lo liburan kan?” Tanya Om aku yang sedang berkunjung ke rumahku. Om Rio adalah satu-satunya dari keluargaku yang paling deket ma aku.
“Ngapain disana? Paling aku jadi baby sitter lagi kayak tahun lalu. Apalagi anaknya Om, si Foster baru lahir. Mantep dah.. hidupku penuh anak kecil !”
“Enggak deh. Foster kan masih kecil, gak akan ganggu.” Rayu Om Rio ngajakin aku ke rumahnya.
“Gue juga ngajakin Ewan kok. Rumah Ewan yang dulu kan jaraknya cuman 5 meter dari rumah gue, ya nostalgia-an lah.”Lanjutnya.
Kata Om Rio yang terakhir ini yang bikin aku kaget. Ewan diajak?

***

Kita diem-dieman. Dari mobil sampe pesawat kita berdua gak ngobrol sama sekali. Aku pengen Tanya ke dia, kenapa sih dia menjauh dariku? Tapi gak berani.
“Aku tau sekarang kamu marah ma aku. Karena aku gak pernah hubungin kamu. Maaf, ya. Bukannya bermaksud untuk menjauh. Lagian kamu kan temen terbaikku. Aku juga minta maaf soal gebetan itu. Sebenarnya dia bukan gebetan aku, dia cuman naksir aku dan nyebarin gossip ke semua orang klo aku juga suka dia. I’m so sorry.”
Temen terbaik? Ewan, kamu tau gak sih klo aku suka kamu? Aku sayang kamu Ewan.

***

Jam 23.00. Udah sejam yang lalu gathering nya selesai. Yup, aku lagi menghadiri acara gathering gitu, di Rawamangun. Dan acaranya malem. Sebenarnya Om Rio mau ikut, takut klo ada yang macem-macem. Apalagi ini Jakarta. Tapi Om Rio mementingkan Rehearsal dengan Band-nya. Om Rio emang manusia paling gaul se-Jakarta.

“Sorry, Om gak bisa jemput. Foster sakit mendadak nih. O ya, Om udah nyuruh Ewan buat jemputin lo kok.” Tiba-tiba Om Rio sms.
Gak lama kemudian Ewan datang naik motor. Agak was-was sih, soalnya Ewan klo naik motor brutal, serem. Tapi, ya sudahlah, daripada enggak pulang. Jalanan masih rame, tapi waktu masuk tol sepi banget. Untuk pertama kalinya aku liat jalan di Jakarta sepi. Di tengah jalan dia berhenti. Dia turun dari motor dan berjalan menjauh. Nih anak kenapa sih? Klo diliat dari ekspresinya sih dia marah. Tapi kenapa?

“Lihat deh. Sepi banget.” Ewan akhirnya bicara sambil menunjuk jalanan.
“Ya iyalah. Kan udah malem.”
“I LOVE YOU..!!” Tiba-tiba Ewan teriak dan meluk aku dari belakang.

Speechless, shock. Tuhan, dia nembak aku!
Hari-hariku jadi indah. Ya tentu saja karena hadirnya Ewan. Dia tempat curhat yang asik. Walau kadang sering bingung soalnya dia lebih sering ngomong pake bahasa Inggris.

***

Sudah 5 hari aku nginep di rumah Om Rio. Saatnya pulang. Soalnya besok sudah masuk sekolah. Tapi Ewan gak ikut pulang, malah Orang Tuanya nyusul. Katanya ada masalah. Aku Tanya Ewan tapi gak dijawab. Ya, udah.

“We have to end it.” Kata Ewan saat kita lagi supper di cafĂ© sehari setelah dia ma keluarganya pulang dari Jakarta.
“Wow... Sorry, Apa? Apanya yang harus diakhiri?”
“Hubungan kita. Aku sayang ma kamu, tapi... gak bisa. ”
“Katakan yang sebenarnya Ewan. Katakan alasan kamu.”
“I’m so sorry. Aku gak bisa ceritain sekarang

Aku belum pernah sekecewa dan sesakit ini.
Sejak itu, Ewan menghilang(lagi). Aku gak tau dia dimana. Dan aku mencoba gak memikirkannya. Hingga akhirnya…..

“Ewan, kamu kenapa?" Aku bertanya pada Ewan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
“Maaf, aku..aku mati.” Kudengar suara lemah Ewan. Wajahnya pucat, sangat pucat. Kulihat banyak alat medis di ranjangnya.
“Nggak. Kamu akan baik-baik saja, percaya sama aku.”Kucoba menenangkannya, walau aku sendiri panik.
“Inilah alasan aku kenapa kemarin aku mutusin kamu. Aku takut kamu akan ninggalin aku karena keadaanku seperti ini. Dari pada sakit hati besok, lebih baik sekarang. I’m so sorry.”
“Enggak mungkin aku ninggalin kamu. Aku sayang kamu. Aku gak akan menghindar walau keadaanmu seperti apapun.” Ku genggam erat tangan Ewan. Takut, aku takut kalau Ewan pergi.
“Peluk aku...Dingin…Dingin.” Suara Ewan semakin lirih. Aku semakin takut. Aku peluk dia. Tak terasa air mataku bercucuran. Semua orang di ruangan itu diam. Bahkan sempat ku lihat wajah Om Rio yang memerah karena terharu. Om Rio-lah memberitahu kalau Ewan sakit dan mengantarku menemuinya.
“I will always be right there… Bagaimanapun yang terjadi…Karena, aku selalu di hatimu..” Nafas Ewan semakin tidak teratur. Aku semakin tak bisa merasakan detak jantungnya. Lemah…lemah...dan akhirnya aku tak merasakan detak jantung lagi. Tangisku pecah. Tak bisa tertahan lagi. Semakin erat kupeluk dia, semakin deras juga air mataku meleleh. Aku tak percaya ini semua. Disaat aku percaya pada cinta, dia pergi. Dan, aku tak bisa menentang kehendak Tuhan.

***

Hari berlalu. Tak ada hari spesial seperti dulu. Aku masih merasakan kehadirannya di setiap langkahku .Bagaimanapun, rasa cintaku untuknya tidak akan pernah berkurang, seperti cintanya yang pernah diberikan padaku. Bagaimanapun aku, aku akan selalu merindukannya.
Pergilah untuk kembali
Ke dalam cintaku…

0 komentar:

 
Copyright 2009 Jazzior